Andre Drummond: Raja Rebound yang Gak Ada Obatnya!

enter image description here

Kalau ngomongin pemain NBA yang paling jago ngerebut rebound, nama Andre Drummond pasti langsung kepikiran. Pemain gede ini bukan cuma kuat di bawah ring, tapi juga bikin lawan-lawan pusing karena sulit banget direm. Drummond emang bukan tipe pemain yang sering bikin highlight dengan three-point atau dunk akrobatik, tapi kalau soal nguasain area cat, dia jagonya!

Awal Karier: Dari UConn ke NBA

Drummond lahir di Mount Vernon, New York, pada 10 Agustus 1993. Dari kecil, badannya udah gede banget dibanding anak-anak lain, jadi nggak heran kalau dia langsung nyemplung ke dunia basket. Waktu SMA, dia udah jadi salah satu prospek paling panas di Amerika dan akhirnya gabung University of Connecticut (UConn).

Di UConn, Drummond cuma main satu musim sebelum mutusin buat ikut NBA Draft 2012. Dengan tinggi 208 cm dan badan sekuat banteng, banyak tim yang ngincer dia. Akhirnya, Detroit Pistons milih dia di urutan ke-9, dan itulah awal perjalanan Drummond di NBA.

Era Detroit Pistons: Monster Rebound yang Gak Bisa Dihentikan

Begitu masuk NBA, Drummond langsung nunjukin kemampuannya. Gak butuh waktu lama buat dia jadi salah satu rebounder terbaik di liga. Dari 2013 sampai 2020, dia 6 kali jadi pemimpin rebound NBA. Gila, kan?

Selain jago rebound, Drummond juga solid di pertahanan. Dia sering ngeblok tembakan lawan dan bikin banyak pemain males masuk area cat. Walaupun Pistons nggak terlalu bersinar selama dia di sana, Drummond tetap jadi pemain paling dominan di tim.

Puncaknya, di musim 2017-18, Drummond ngerebut 16 rebound per game! Skill-nya dalam menangkap bola pantul bikin dia sering dibandingin sama legenda rebound kayak Dennis Rodman dan Dwight Howard.

Pindah-Pindah Tim: Cavaliers, Lakers, Bulls

Di era NBA modern yang lebih ngegas dan penuh tembakan tiga angka, pemain seperti Drummond mulai kehilangan tempat. Walaupun masih monster di rebound, banyak tim yang ragu sama gaya mainnya yang nggak fleksibel.

Akhirnya, di tahun 2020, Pistons nge-trade Drummond ke Cleveland Cavaliers. Sayangnya, di Cavs dia nggak terlalu bersinar. Tetap rajin ambil rebound, tapi kurang berdampak.

Setelah dari Cavs, dia pindah ke Los Angeles Lakers buat gabung sama LeBron James dan Anthony Davis di musim 2020-21. Ekspektasinya tinggi, tapi perannya nggak sebesar yang diharapkan. Setelah itu, dia pindah ke Philadelphia 76ers, terus ke Brooklyn Nets, dan akhirnya sekarang main buat Chicago Bulls.

Gaya Main: Raja Rebound dan Jago Bertahan

Drummond emang bukan scorer, tapi dia punya beberapa skill yang bikin dia tetap jadi pemain berharga di NBA:

1. Rebound Monster

Udah nggak usah diraguin, Drummond adalah salah satu rebounder terbaik dalam sejarah NBA. Dia punya insting luar biasa buat ngebaca arah bola.

2. Pertahanan Kuat

Walaupun nggak sebrutal shot blocker kayak Rudy Gobert, Drummond tetap bikin lawan susah cetak angka di area cat.

3. Finisher yang Efektif di Dekat Ring

Drummond nggak jago tembak jarak jauh, tapi kalau udah di bawah ring, dia bisa dengan mudah nyelesain lewat dunk atau tip-in.

4. Passing yang Underrated

Banyak yang nggak sadar kalau Drummond juga bisa passing lumayan bagus buat ukuran big man. Dia sering kasih assist dari post.

Kelemahan: Kenapa Drummond Sering Diremehkan?

Meskipun rajanya rebound, ada beberapa kelemahan yang bikin Drummond sering dipandang sebelah mata:

1. Free Throw yang Buruk

Drummond punya masalah besar di free throw. Sepanjang kariernya, akurasi free throw-nya sering di bawah 50%. Makanya, lawan sering pakai strategi "Hack-a-Drummond" buat bikin dia gagal cetak poin.

2. Nggak Cocok Buat Era NBA Sekarang

Di era basket modern yang serba cepat dan penuh tembakan tiga angka, big man kayak Drummond sering dianggap kurang fleksibel karena nggak bisa nembak dari luar.

3. Mobilitas yang Kurang

Walaupun atletis, Drummond kadang kesulitan bertahan di perimeter lawan pemain yang lebih kecil dan cepat.

Masa Depan Drummond di NBA

Walaupun sekarang bukan lagi bintang utama, Drummond tetap salah satu big man terbaik dalam urusan rebound. Dia udah masuk dua kali NBA All-Star (2016, 2018) dan berkali-kali jadi pemimpin rebound NBA.

Banyak yang mikir kalau Drummond bakal lebih sukses kalau dia main di era 90-an atau awal 2000-an ketika permainan masih lebih fokus ke area cat.

Ke depannya, Drummond mungkin bakal terus jadi spesialis rebound buat tim-tim yang butuh kekuatan di bawah ring. Selama dia tetap rajin ambil bola pantul dan main defense solid, dia pasti masih punya tempat di NBA.

porn porn porn porn porn porn porn porn porn porn porn


Author: mario

Just another HTMLy user