Remaja berusia 16 tahun yang sudah menetap di Bali sejak usia lima tahun itu sedang tergabung dengan pelatnas guna berkompetisi di Asian Games 2018. Sejak usia lima tahun pula Sanggoe mengenal skateboard.
"Waktu itu umur lima tahun, om saya sempat bikin skatepark di Bali, namanya Base Skatepark, itu terbesar di Asia Tenggara, tapi sekarang sudah tutup. Saya latihan dari om saya, karena beliau main skate juga," tutur Sanggoe saat ditemui Medcom.id di BSD Xtreme Park. Sejumlah prestasi telah diraihnya. Ia merupakan peringkat ketiga pada ajang FISE World Malaysia 2014, peringkat enam dunia di X-Games di Shanghai 2015, dan skateboarder Indonesia pertama yang berlaga di Street League (SLS) di Barcelona 2017.
Salah satu kompetisi yang paling berkesan buat Sanggoe adalah ketika berhasil meraih posisi ketiga di Tiongkok. Saat itu, ada momen terbaik di mana ia harus bersaing dengan idolanya sendiri, Sean Malto.
"Terakhir di Tiongkok, saya memang cuma dapat posisi ketiga, tapi saya melawan skater favorit saya sendiri, namanya Sean Malto dari Amerika Serikat," ceritanya lagi.
Pernah Berhenti Main Skate Memulai langkah di dunia papan luncur sejak usia dini, banyak halangan dan rintangan yang membuatnya berpikir ingin menyudahi kebiasaan dan hobinya itu. Terlebih ketika skatepark milik sanak familinya tak lagi beroperasi.
Ditambah, skateboard menurutnya lebih condong ke lifestyle, bukan olahraga. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Sanggoe menganggap kedua hal itu sama saja.
ke lifestyle. Tapi saya setuju-setuju saja skateboard dianggap olahraga, karena kan keluar keringat juga. Jadi, lifestyle, olahraga, dua-duanya sih," tambah Sanggoe.
Jika bukan karena dorongan teman-temannya, keluarga, dan tentu pamannya, Sanggoe mungkin bukanlah Sanggoe yang sekarang. Fasilitas baru bernama Motion Skatepark menggugah kembali hasrat skate-nya.
"Mulai kapan ya, karena saya setiap hari main skate, sempat berhenti satu atau dua tahun karena di Bali tidak ada skatepark semenjak Base Skatepark ditutup. Saya cuma main di jalan, tapi ngga sering," katanya lagi.
"Lalu pada 2009, Motion Skatepark dibuka, saya masih SD, saya mulai main lagi sampai sekarang. Dari keluarga juga semua mendukung, karena om juga main skate," kenang Sanggoe.
Belum Pikirkan Bangku Kuliah Bercita-cita menjadi atlet profesional tentu banyak yang dikorbankan. Selain waktu, pendidikan juga merupakan pertaruhan besar buat siapa pun, termasuk Sanggoe.
Kesibukannya di arena skatepark tak dipungkiri membuat bangku pendidikannya sedikit terganggu. Namun, ia berhasil melanjutkan sekolahnya sampai SMA.
Kini, semakin mendekati usia dewasa, Sanggoe memutuskan untuk homeschooling karena sekolahnya di Bali dan ia tidak ingin tertinggal pasokan pendidikan. Hanya, ia belum tahu apakah nanti akan melanjutkan kuliah atau tidak.
"Lumayan terganggu sih, saya sampai lupa sudah berapa lama ini ijin sekolah. Cara mengakalinya dengan homeschooling. Setelah SMA nanti belum tahu mau lanjut kuliah atau tidak, belum ada kepikiran ke arah sana. Tapi, pendidikan menurut saya sangat penting," akunya.